Bahaya Overengineering: Ketika Sistem Terlalu Canggih Justru Jadi Masalah
Photo by Eugenia Pankiv on Unsplash
Di dunia teknik, ada kepuasan tersendiri ketika sebuah sistem berhasil dibuat, apalagi kalau sistem itu punya banyak fitur, performa tinggi, dan terlihat sangat canggih. Tapi pernahkah kamu membuat atau melihat proyek yang begitu kompleks… hingga tidak ada yang bisa menggunakannya dengan nyaman, bahkan pembuatnya sendiri?
Inilah yang disebut overengineering kondisi ketika sebuah sistem dirancang terlalu berlebihan dibandingkan kebutuhan sebenarnya. Di dunia akademik maupun industri, ini adalah jebakan yang sering terjadi, terutama saat semangat inovasi tidak dibarengi dengan pertimbangan fungsional dan efisiensi.
Apa Itu Overengineering?
Overengineering adalah ketika suatu produk, sistem, atau solusi:
- Terlalu kompleks, padahal tugasnya sederhana.
- Terlalu banyak fitur, yang jarang atau tidak pernah digunakan.
- Terlalu mahal, untuk fungsi yang bisa diselesaikan dengan pendekatan lebih sederhana.
Contohnya bisa sesederhana menggunakan AI dan cloud processing hanya untuk membuka pintu pagar rumah, padahal tombol remote biasa sudah mencukupi. Atau membuat sistem pengontrol suhu dengan 5 sensor dan PID tuning otomatis, padahal kebutuhan hanya menjaga suhu air tetap hangat.
Mengapa Bisa Terjadi?
1. Ingin Tampil Hebat atau Unik
Mahasiswa atau engineer sering ingin menunjukkan kemampuan, sehingga menambahkan fitur demi fitur agar proyek terlihat “kompleks”.
2. Kurangnya Pemahaman Kebutuhan Nyata
Sistem dirancang tanpa cukup riset terhadap kebutuhan pengguna akhir. Akibatnya, solusi terlalu berat dan tidak relevan.
3. Terlalu Fokus ke Teknologi Baru
Ingin mencoba semua teknologi sekaligus: Raspberry Pi, ESP32, cloud, Firebase, AI… meskipun tidak semuanya diperlukan.
Dampak Negatif Overengineering
- Susah Dipelihara: Sistem jadi sulit dirawat atau dimodifikasi.
- Tidak Efisien: Boros daya, ruang, atau biaya produksi.
- Membingungkan Pengguna: UI terlalu rumit, dokumentasi minim.
- Gagal Diterapkan: Proyek bagus di presentasi tapi tidak bisa dipakai nyata.
Kapan Harus Sederhana?
Prinsip yang sering digunakan dalam rekayasa sistem:
“Keep it simple, but no simpler.”
Artinya, rancanglah solusi seefektif mungkin, tapi jangan lebih rumit dari yang dibutuhkan. Sistem yang baik bukan yang paling rumit, tapi yang paling tepat guna.
Cara Menghindari Overengineering
- Mulai dari kebutuhan, bukan dari teknologi.
- Validasi ide dengan pengguna, bukan asumsi pribadi.
- Prioritaskan fitur inti, baru tambahkan jika benar-benar perlu.
- Uji coba bertahap, jangan langsung lompat ke integrasi sistem besar.
Kesimpulan
Membangun sistem memang perlu kreativitas dan keinginan untuk bereksperimen. Tapi ingat bahwa sebuah solusi tidak diukur dari jumlah sensor atau baris kodenya, melainkan dari seberapa efektif sistem itu menjawab yang ada.
Overengineering bukan tanda kecanggihan, tapi justru bisa menjadi hambatan. Maka, jangan ragu untuk bertanya: “Apakah ini benar-benar dibutuhkan, atau hanya ingin terlihat keren?”
Referensi:
- Brooks, Frederick P. The Mythical Man-Month. Addison-Wesley.
- Stack Overflow Blog. When Overengineering Becomes a Problem
- Martin, Robert C. Clean Architecture: A Craftsman’s Guide to Software Structure and Design.
Comments :